Laporan Bacaan Karakteristik Peserta Didik 5
Nama |
: Herni Arinda Putri |
Nim |
: 12001239 |
Fakultas/Prodi |
: Tarbiyah Dan Ilmu keguruan/Pendidikan
Agama Islam |
Assalamu'alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh Sahabat Blogger☺
Hai haii, Bagaimana kabar kalian pada
hari ini? Ku harap baik-baik saja ya dan selalu dalam lindungan Allah SWT,
Aamiin ya rabbal a'alamin.
Yuk sahabat di simak pembahasanku dibawah
ini....
Pendidikan merupakan
sarana strategis untuk meningkatkan kualitas
bangsa karenanya kemajuan bangsa dan kemajuan pendidikan merupakan suatu
determinasi. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran
menjadi ujung tombak bagi terciptanya pendidikan yang berkualitas. Hanya dengan
pembelajaran yang berkualitaslah suatu instansi dapat menghasilkan lulusan
yang berkualitas. Dalam tataran
operasional, tenaga pendidik memiliki tugas dan tanggung jawab bagi
terselenggaranya pembelajaran yang berkualitas. Untuk itu sangat penting bagi tenaga
pendidik memiliki kompetensi dan standar kualifikasi pendidikan agar
pembelajaran mencapai efektivitas dan efisiensinya. Perkembangan zaman telah
membuat perkembangan dalam pendidikan terkait ilmu pengetahuan dan teknologi
serta menciptakan persaingan global secara ketat.
Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka
sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber
daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif,
efektif dan efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini
kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut. Pendidikan di era
global diharapkan mampu mengatasi permasalahan pendidikan terkait moral dan
sosial masyarakat Indonesia, khususnya peserta didik. Pendidikan ini melahirkan
konsep baru yaitu pendidikan abad 21 dimana pembelajaran ini memiliki perbedaan
dengan pembelajaran di masa yang lalu.
Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, guru harus
memulai satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang
berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
(student center). Banyak faktor penyebab kualitas pendidikan rendah, di
antaranya kegiatan pembelajaran yang kurang tanggap terhadap kemajemukan
individu dan lingkungan tempat siswa berada. Pembelajaran demikian kurang
bermanfaat bagi siswa. Agar pembelajaran bermakna, perlu dirancang dan
dikembangkan berdasarkan pada kondisi siswa sebagai subjek belajar dan
komunitas budaya tempat siswa tinggal. Siswa adalah manusia yang memiliki
sejarah, makhluk dengan ciri keunikannya (individuallitas). Pemahaman akan
subjek belajar harus dimiliki oleh guru atau tenaga kependidikan lainnya untuk
dijadikan pijakan dalam mengembangkan teori ataupun praksis-praksis pendidikan
dan pembelajaran.
Menurut Vygotsky agar pembelajaran bermakna, perlu
dirancang dan dikembangkan berpijak pada kondisi siswa sebagai subjek belajar
serta komunitas sosial-kultural tempat siswa tinggal (Moll, 1994). Menurut
Waidl (Admadi & Setiyaningsih, 2004), hal penting yang harus dipahami yang
berkaitan dengan siswa atau peserta belajar sebagai individu bahwa siswa adalah
manusia yang memiliki sejarah, makhluk dengan ciri keunikan (individualitas),
selalu membutuhkan sosialisasi di antara mereka, memiliki hasrat untuk
melakukan hubungan dengan alam sekitar, dan dengan kebebasannya mengolah pikir
dan rasa akan pertemuannya dengan yang transendental. Pemahaman terhadap siswa
sebagai subjek belajar inilah yang harus dijadikan pijakan dalam mengembangkan
teori-teori maupun praksis-praksis pendidikan.
Karakteristik
peserta didik sangat penting untuk diketahui oleh pendidik, karena ini sangat
penting untuk dijadikan acuan dalam merumuskan strategi pengajaran. Strategi
pengajaran terdiri atas metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa
mencapai tujuan.. Strategi dan metode pembelajaran berguna untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan. Menurut Kemp dalam Wina Senjaya (2008)
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan. pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J.R.David ,
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: 1) exposition-discovery learning
dan 2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Persoalan
yang terjadi saat ini adalah masih banyak pendidik yang masih belum dapat
membedakan antara strategi pembelajaran dengan metode pembelajaran. Bahkan
masih ada juga pendidik yang salah memperlakukan peserta didik karena kurang
pahamnya dalam melihat karakteristik yang dimiliki peserta didik, sebab
karakteristik peserta didik setiap tingkatannya berbeda-beda. Reigeluth (1983)
sebagai seorang ilmuan pembelajaran, bahkan secara tegas menempatkan
karakteristik siswa sebagai satu variabel yang paling berpengaruh dalam
pengembangan strategi pengelolaan pembelajaran. Pakar pembelajaran seperti
Banathy, Romiszowski, Dick dan Carey, Gagne dan Degeng, menempatkan langkah
analisis karakteristik siswa pada posisi yang sangat penting sebelum langkah
pemilihan dan pengembangan strategi pembelajaran.
Semua ini menunjukkan bahwa model pembelajaran apapun
yang dikembangkan atau strategi apapun yang dipilih untuk keperluan
pembelajaran haruslah berpijak pada karakteristik perseorangan atau kelompok
dari siapa yang belajar. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang
optimal, terlebih dahulu guru perlu mengetahui karakteristik siswa sebagai pijakannya.
Degeng (1991:6) mengatakan bahwa karakteristik siswa adalah aspekaspek atau
kualitas perseorangan siswa yang telah dimilikinya. Menganalisis karakteristik
siswa dimaksudkan untuk mengetahui ciri-ciri perseorangan siswa. Hasil dari
kegiatan ini akan berupa daftar yang memuat pengelompokkan karakteristik siswa,
sebagai pijakan untuk mempreskripsikan metode yang optimal guna mencapai hasil
belajar tertentu. Langkah-langkah mendesain pembelajaran menurut Degeng (1991)
adalah (1) melakukan analisis tujuan dan karakteristik materi pembelajaran. (2)
menganalisis sumber-sumber belajar (kendala). (3) melakukan analisis
karakteristik siswa. (4) menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran. (5)
menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran. (6) menetapkan strategi
penyampaian isi pembelajaran. (7) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran.
(8) mengembangkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Analisis
karakteristik siswa dilakukan setelah perancang pembelajaran mengidentifikasi
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Juga ditunjukkan bahwa hasil analisis
karakteristik siswa selanjutnya dijadikan pijakan kerja dalam memilih,
menetapkan, dan mengembangkan strategi pengelolaan pembelajaran Dengan konteks
seperti ini, menjadi semakin jelas perlunya dilakukan penelitian karakteristik
siswa yang berkaitan dengan kefektifan pembelajaran agar dapat dipakai sebagai
dasar bagi para ilmuwan dan teknolog pembelajaran serta para guru dalam
mendesain program-program pembelajaran. Jika dalam menyampaikan materi pelajaran
guru kurang memperhatikan karakteristik siswa dan ciri-ciri kepribadian siswa
tidak dijadikan pijakan dalam pembelajaran, siswa akan mengalamai kesulitan
memahami materi pelajaran. Mereka merasa bosan, bahkan timbul kebencian
terhadap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Kondisi demikian sebagai
penyebab rendahnya kualitas dan kuantitas proses serta hasil belajar yang telah
diprogramkan. Upaya apa pun yang dipilih dan dilakukan oleh guru dan perancang
pembelajaran jika tidak bertumpu pada karakteristik perseorangan siswa sebagai
subjek belajar, maka pembelajaran yang dikembangkan tidak akan bermakna bagi
siswa.
Karakteristik siswa yang dapat diidentifikasi sebagai
faktor yang amat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah
kecerdasan, kemampuan awal, gaya kognitif, gaya belajar, motivasi, dan faktor
sosial-budaya. Informasi tentang tingkat perkembangan kecerdasan siswa amat
diperlukan sebagai pijakan dalam memilih komponen-komponen dalam pembelajaran,
seperti tujuan pembelajaran, materi, media, strategi pembelajaran, dan
evaluasi. Dapat di simpulkan bahwa guru dituntut untuk dapat mengemas
perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan
baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa
sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih
bermakna bagi anak.
Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk
pro aktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun
dalam kelompok. Berdasarkan uraian tentang pemahaman karakteristik siswa dalam
pembelajaran di atas, serta melihat kondisi belum optimalnya hasil belajar
siswa saat ini, tugas yang diemban para pendidik dan perancang di bidang
pembelajaran sangat rumit karena harus berhadapan dengan sejumlah variabel
kondisi yang berada di luar kontrolnya. Satu variabel yang sama sekali tidak
dapat dimanipulasi oleh guru atau perancang pembelajaran adalah karakteristik
siswa. Variabel ini mutlak harus dijadikan pijakan dalam memilih dan mengembangkan
strategi pembelajaran yang optimal. Upaya apapun yang dipilih dan dilakukan
oleh guru dan perancang pembelajaran harus bertumpu pada karakteristik
perseorangan siswa sebagai subjek belajar
Baiklah hanya segitu
dulu yang dapat saya sampaikan kurang lebih nya mohon maaf, Terima Kasih
sahabat yang telah mengunjungi blog pribadi ku
W assalamu’alaikum
Wr.Wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar