Laporan Bacaan Karakteristik Peserta
Didik 4
Nama |
: Herni Arinda Putri |
Nim |
: 12001239 |
Fakultas/Prodi |
:Tarbiyah Dan Ilmu keguruan/Pendidikan Agama Islam |
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Sahabat
Blogger☺
Hai haii, Bagaimana kabar kalian pada hari ini? Ku
harap baik-baik saja ya dan selalu dalam lindungan Allah SWT, Aamiin ya rabbal
a'alamin.
Baiklah kali ini aku akan melanjutkan pembahasanku
pada blog minggu lalu yang berjudul Karakteristik Peserta didik tingkat atau
jenjang sekolah Menengah pertama (SMP/MTS), lebih tepatnya laporan baca sih
sahabat hehe... Pada kali ini aku akan membahas Karakteristik peserta didik
jenjang Sekolah Menengah Atas atau peserta didik SMA/SMK terlebih dahulu,
Apakah kalian tau karakteristik siswa/siswi SMA/SMK itu seperti apa? Yuk
sahabat di simak pembahasanku dibawah ini....
Pasti ada
beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Menengah atas ini yang perlu diketahui
oleh para guru-guru atau pun calon pendidik seperti diriku hehe, agar lebih
mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Menengah Atas.
Dalam memahami
karakteristik peserta didik, merupakan sikap yang harus dimiliki dan dilakukan
guru agar dapat mengetahui aspirasi / tuntutan peserta didik yang bisa
dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta
didik, sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat memenuhi kebutuhan minat
mereka dan tepat berdasarkan dengan perkembangan mereka. Beberapa dasar
pertimbangan perlunya memahami karakteristik peserta didik adalah Dasar
pertimbangan psikologis bahwa suatu kegiatan akan menarik dan berhasil apabila
sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, keinginan, dan tuntutan peserta didik dan
Dasar pertimbangan sosiologi :bahwa secara naluri manusia akan merasa ikut
serta memiliki dan aktif mengikuti kegiatan yang ada.
Karakteristik
individual yang berbeda sehingga tiap individu sebagai kesatuan jasmani dan
rohani mewujudkan dirinya secara utuh dalam keunikannya. Keunikan dan perbedaan
individual itu oleh perbedaan faktor pembawaan dan lingkungan yang dimiliki
oleh masing-masing individu.Perbedaan individu tersebut membawa implikasi
imperatif terhadap seluruh layanan pendidikan untuk memperhatikan karakteristik
peserta didik yang unik dan bervariasi tersebut.
Peserta didik
yang berada pada tingkat menengah dikategorikan pada kelompok remaja. Masa
remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa,
dan merupakan masa transisi yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang
sehat (Konopka dalam Pikunas, 2008; Kaczman dan Riva, 2005).
Ditilik dari segi usia, siswa SLTP (SMP dan MTS) dan SLTA termasuk fase atau masa remaja. Fase remaja merupakan salah satu periode dalam rentang kehidupan siswa. Menurut Konopka (Pikunas, 2008) fase ini meliputi:
·
Remaja awal: 12-15 tahun
·
Remaja madya: 15-18 tahun
·
Remaja akhir: 19-22 tahun.
Jika dilihat dari
klasifikasi usia tersebut, maka siswa sekolah menengah termasuk ke dalam
kategori awal dan madya. Karakteristik peserta didik yang akan di bicarakan
dalam kegiatan ini adalah krakteristik yang berkaitan dengan aspek intelektual,
aspek emosional, dan aspek spiritual.
Yang pertama Aspek
intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai
kegiatan aktifitas mental ( berfikir, menalar, dan memecahkan masalah). Sejalan
dengan perkembangan fisik, berkembang pula kemampuan intelektual berpikirnya.
Kalau pada usia Sekolah Dasar, kemampuan berpikir anak masih berkenaan dengan
hal-hal yang konkrit atau berpikir konkrit, pada masa SMP (remaja awal) mulai
berkembang kemampuan berpikir abstrak, pada masa SMA/SMK (remaja akhir) mampu
membayangkan apa yang akan dialami bila terjadi suatu peristiwa umpamanya
Krisis minyak, bagaimana proses pembuatan minyak, dan lain sebagainya. Remaja
(SMA/SMK) telah mampu berpikir jauh melewati kehidupannya baik dalam dimensi
ruang maupun waktu. Berpikir abstrak adalah berpikir tentang ide-ide, yang oleh
Jean Piaget seorang ahli psikolog dari Swiss disebutnya sebagai berpikir formal
operasional.
Berkembangnya
kemampuan berpikir formal operasional pada remaja (SMA/SMK) ditandai dengan tiga
hal penting. Pertama, peserta didik mulai mampu melihat (berpikir) tentang
kemungkinan-kemungkinan. Kalau pada usia Sekolah Dasar peserta didik hanya
mampu melihat kenyataan, maka pada usia remaja mereka telah mampu berpikir
tentang kemungkinan-kemungkinan. Kedua, peserta didik telah mampu berpikir
ilmiah. Remaja telah mampu mengikuti langkah-langkah berpikir ilmiah, dari
mulai merumuskan masalah, membatasi masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan
dan mengolah data sampai dengan menarik kesimpulan. Ketiga, remaja telah mampu
memadukan ide-ide secara logis. Ide-ide atau pemikiran abstrak yang kompleks
telah mampu dipadukan dalam suatu kesimpulan yang logis.
Secara umum
kemampuan berpikir formal mengarahkan remaja kepada pemecahan masalah-masalah
berpikir secara sistematik. Dalam kehidupan sehari-hari para remaja dan juga
orang dewasa jarang menggunakan kemampuan berpikir formal, walaupun mereka
sebenarnya mampu melaksanakannya. Mereka lebih banyak berbuat berdasarkan
kebiasaan, perbuatan atau pemecahan rutin. Hal itu mungkin disebabkan karena
tidak adanya atau kurangnya tantangan yang dihadapi atau dialami sebagai
tantangan, atau orang tua, masyarakat dan guru tidak membiasakan remaja
menghadapi tantangan tuntutan yang harus dipecahkan. Oleh karena itu, guru
perlu mulai mendorong kemampuan berpikir, para peserta didik pada usia ini,
tentang kemungkinan ke depan. Mengarahkan para peserta didik kepada pemikiran
tentang pekerjaan yang tentunya pemikiran tersebut, disesuaikan dengan
pertambahan usia. Para remaja muda (usia SMP) pemikiran tentang pekerjaan masih
diwarnai oleh fantasinya, sedang para remaja dewasa (usia SMA) telah lebih
realistik.
Pada usia Sekolah
Dasar peserta didik sudah memiliki kemampuan mengingat informasi dan
keterampilan memproses informasi tersebut. Dengan telah dikuasainya kemampuan
berpikir formal, maka keterampilan memproses informasi ini berkembang lebih
jauh. Keterampilan memproses informasi Ini pada masa remaja lebih cepat dan
kuat, dan ini sangat memegang peranan penting dalam penyelesaikan tugas-tugas
pembelajaran maupun pekerjaan. Sesuai dengan pelajaran dan tugas-tugas yang
mereka hadapi, para remaja mempunyai keunggulan keterampilan, umpamanya mereka
sudah mengerti dan dapat mengerjakan dengan benar bentuk tes objektif tanpa
penjelasan guru, mereka telah mampu mencari hal-hal penting pada waktu membaca
buku, mereka telah mempunyai minat terhadap hal-hal khusus umpamanya mata
pelajaran atau bidang tertentu. Penguasaan keterampilan memproses informasi ini
menyempurnakan atau membulatkan penampilan penguasaan kognitif mereka.
Perbedaan
karakteristik dari masing-masing siswa, menyebabkan guru harus merencanakan
proses pembelajaran yang hakikatnya diarahkan untuk membelajarkan siswa agar
dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan, dengan demikian, maka siswa harus
dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya keputusan-keputusan yang diambil
dalam perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang
bersangkutan.
Yang kedua Aspek
Emosional seperti telah diuraikan di atas masa remaja merupakan masa peralihan
antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami
perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial dan emosional. Umumnya,
masa ini berlangsung sekitar umur 13 tahun sampai 18 tahun, yaitu masa peserta
didik duduk di bangku sekolah menengah. Karena berada pada masa peralihan
antara masa anak-anak dan masa dewasa, status remaja agak kabur, baik bagi
dirinya maupun lingkungannya. Masa remaja merupakan puncak emosionalitas.
Pertumbuhan organ-organ seksual mempengaruhi emosi atau perasaan baru yang
belum dialami sebelumnya, seperti: rasa cinta, rindu dan keinginan untuk
berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.
Dan terakhir Aspek
Spiritual merupakan Perkembangan kemampuan berpikir remaja mempengaruhi
perkembangan pemikiran dan keyakinan tentang agama/spiritual. Kalau pada tahap
usia Sekolah Dasar pemikiran agama ini bersifat dogmatis, masih dipengaruhi
oleh pemikiran yang bersifat konkrit dan berkenaan dengan sekitar kehidupannya,
maka pada masa remaja sudah berkembang lebih jauh, didasari pemikiran-pemikiran
rasional, menyangkut hal-hal yang bersifat abstrak atau gaib dan meliputi
hal-hal yang lebih luas. Remaja yang mendapatkan pendidikan agama yang intensif,
bukan saja telah memiliki kebiasaan melaksanakan kegiatan peribadatan dan
ritual agama, tetapi juga telah mendapatkan atau menemukan
kepercayaan-kepercayaan khusus yang lebih khusus yang lebih mendalam yang
membentuk keyakinannya dan menjadi pegangan dalam merespon terhadap
masalah-masalah dalam kehidupannya. Keyakinan yang lebih luas dan mendalam ini,
bukan hanya diyakini atas dasar pemikiran tetapi juga atas keimanan.
Baiklah hanya segitu
dulu yang dapat saya sampaikan kurang lebih nya mohon maaf, Terima Kasih sahabat
yang telah mengunjungi blog pribadi ku🌼🌼
W assalamu’alaikum
Wr.Wb